Sri Lanka Bangkrut, Gegara 'Jebakan Batman' Utang China?
- Krisis yang terjadi di Sri Lanka kembali menimbulkan dampak baru. Saat ini, banyak fasilitas publik seperti sekolah dan sebagian besar gedung pemerintahan telah ditutup karena tak ada suplai energi.
Ini pun mendorong warga negara itu untuk meninggalkan negaranya. Dari permintaan paspor lima bulan pertama tahun 2022, imigrasi dilaporkan telah mengeluarkan 288.645 paspor, dibandingkan dengan 91.331 pada periode yang sama tahun lalu.
"Sangat sulit berurusan dengan masyarakat karena mereka frustasi dan tidak mengerti bahwa sistem tidak dilengkapi untuk menangani permintaan semacam ini," kata H.P. Chandralal, pejabat setempat dikutip dari Reuters, Jumat (24/6/2022).
Lalu apa penyebab Sri Lanka jatuh ke dalam krisis ekonomi ini yang membuat warga pun mulai meninggalkannya?
Alasan pertama yakni ketergantungan impor menjadi salah satu penyebabnya. Negeri itu masih melakukan impor ke bahan-bahan pertanian seperti pupuk dan bahan bakar.
Masalah diperburuk dengan kenaikan harga komoditas global, yang menyebabkan harga ikut naik. Ketika harga komoditas melonjak, ini pun membebani biaya impor Sri Lanka.
Lalu, hal ini juga diperparah oleh nilai mata uang yang terus longsor. Selain itu, cadangan devisa negara itu boncos.
Per Maret 2022, cadangan devisa Sri Lanka tercatat US$ 1,72 miliar, terendah sejak November tahun lalu. Cadangan devisa negara itu terus turun selama tiga bulan beruntun.
Kondisi ini kemudian membuat Sri Lanka susah membayar utang. April lalu, Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengumumkan gagal bayar US$ 51 miliar terhadap utang luar negeri.
"Kami kehilangan kemampuan untuk membayar," kata Kepala CBSL Nandalal Weerasinghe dimuat Reuters.
"Kami harus fokus untuk mengimpor kebutuhan pokok. Bukan membayar utang luar negeri. Kita sudah sampai di titik membayar utang menjadi sangat menantang dan tidak mungkin."
Utang luar negeri Sri Lanka per akhir 2021 adalah US$ 50,72 miliar. Jumlah ini sudah 60,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Sebenarnya salah satu negara yang meminjamkan uang ke Sri Lanka adalah China. Negeri itu merupakan salah satu kreditur terbesar Sri Lanka.
Pemerintah meminjam Beijing untuk sejumlah infrastruktur proyek sejak 2005, melalui skema Belt and Road (BRI). Salah satunya pembangunan pelabuhan Hambantota.
Mengutip Times of India, total utang Sri Lanka ke China mencapai US$ 8 miliar. Sekitar 1/6 dari total utang luar negerinya.
Namun sayangnya sebagian proyek dinilai tak memberi manfaat ekonomi bagi negara itu. China juga meminta jatah ekspor produk mereka ke Sri Lanka senilai US$ 3,5 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar