Penjelasan NASA tentang Terbentuknya Bulan Menurut Al-Qur'an
BERITA TERBARU DAN TERUPDATE
BERITA TERBARU DAN TERUPDATE, BULAN awalnya bersinar seperti Matahari, lalu mati. Hal ini sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab suci Al-Qur'an.
لْنَا اللَّيْلَ النَّهَارَ ا آيَةَ اللَّيْلِ لْنَا آيَةَ النَّهَارِ لِتَبْتَغُوا لًا لِتَعْلَمُوا السِّنِينَ الْحِسَابَ لَّ لْنَاهُ لًا
Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, kemudian Kami hilangkan tanda-tanda malam dan Kami jelaskan tanda-tanda siang, agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu dan agar kamu mengetahui bilangan tahun dan hisab. Dan segala sesuatu yang telah Kami jelaskan. dengan jelas.” (QS. Al-Isra': 12)
Ayat mulia ini menunjukkan adanya suatu fakta ilmiah yang baru dapat diketahui manusia pada abad ke-20, yaitu bahwa Bulan pada mulanya merupakan planet yang terbakar, kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala mematikan cahayanya. Petunjuk Al-Qur'an tentang hal ini cukup jelas.
Abdullah bin Abbas pernah berkata, “Bulan dulu bersinar seperti Matahari, dan itu adalah tanda malam. Kemudian, tanda malam itu dihilangkan. Warna hitam pada Bulan adalah sisa dari penghapusan itu.”
Dikutip dari 'The Smart Book of Science in the Qur'an' karya Dr Nadiah Thayyarah yang diterbitkan Dar al Yamama Abu Dhabi, pernyataan tersebut datang dari seorang sahabat karib. Dia mendasarkan pernyataannya pada Al-Qur'an yang telah diturunkan 1.400 tahun yang lalu. Lalu, apa kata para astronom tentang hal ini?
Para astronom telah menemukan bahwa Bulan awalnya menyala, kemudian cahayanya menghilang dan menjadi benda mati (tidak bercahaya). Teleskop canggih dan satelit generasi pertama telah berhasil mentransmisikan gambar Bulan yang detail. Melalui gambar tersebut diketahui bahwa di Bulan terdapat kawah gunung berapi, dataran tinggi, dan kawah besar.
Selama periode pembentukannya, Bulan menerima pukulan berulang dari meteor dan meteoroid. Karena suhu Bulan saat itu sangat panas, maka terjadilah pencairan yang sangat dahsyat di permukaan Bulan yang menyebabkan terbentuknya lubang-lubang besar yang disebut “Maria” dan pegunungan tinggi dengan kawah yang disebut “Kawah”.
Kemudian kawah-kawah tersebut menumpahkan lahar dalam volume yang sangat besar dan lahar tersebut memenuhi lubang-lubang besar. Kemudian Bulan menjadi dingin. Gunung-gunung di Bulan menjadi tidak aktif dan lava berhenti mengalir. Dengan demikian, Bulan mati dan nyalanya tidak terlihat setelah sebelumnya dinyalakan.
Mari kembali ke ayat Al-Qur'an, dan perhatikan penggunaan kata mahauna (kita hapus. Kata dasarnya: al-mahwu). Kata al-mahwu (menghilangkan) menurut ahli bahasa berarti ath-thams (menghilangkan cahaya atau sinar) dan al-izalah (menyingkirkan).
Artinya, Allah Subhanahu wa ta'ala melenyapkan dan menghilangkan sinar Bulan, bukan melenyapkan keberadaan Bulan itu sendiri. Bulan masih tetap ada, tetapi sinar dan cahayanya dilenyapkan. Hal ini sudah jelas dari redaksi Alquran yang menyebutkan “tanda malam” atau Bulan dan “tanda siang” atau Matahari.
Kata ath-thams secara khusus digunakan untuk yang berkaitan dengan cahaya atau sinar. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, "Kami jadikan tanda siang itu terang benderang (bisa membuatmu melihat)." (QS Al-isra’: 12)
Ayat tersebut, menggunakan redaksi mubshirah (menjadikanmu bisa melihat ). Hal ini untuk membandingkan cahaya yang menjadi tanda malam (Bulan) dengan cahaya yang menjadi tanda siang (Matahari). Cahaya yang pertama akhirnya mati, sedangkan cahaya kedua masih ada dan karenanya kita bisa melihat.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyebutkan pada saat ini di Bulan terjadi aktivitas gempa kecil-kecilan dan sedikit letupan panas. Fakta ini mengisyaratkan bahwa sebagian besar aktivitas di dalam perut Bulan telah berhenti sejak lama sekali. Sebagaimana diketahui, pada miliaran tahun yang lalu, Bulan tunduk pada suatu benda yang sangat panas (terang). Akibatnya, terjadi pembelahan kulit luar.
Kemudian, ia tunduk pada letupan-letupan yang berasal dari lahar gunung berapi. Beberapa miliar tahun terakhir sejak ia terbentuk, Bulan berjalan dengan tenang tanpa ada aktivitas geologis di dalamnya, kecuali bertubi-tubinya hantaman dari meteor dan meteoroid.
Para ilmuan masa kini meyakini bahwa Bulan adalah hasil dari tabrakan bumi kuno dengan planet lain yang lebih kecil dan lebih tua pada 4,6 miliar tahun yang lalu. Tabrakan maut itu memuntahkan materi-materi berupa asap yang berbentuk gumpalan dan mengelilingi Bumi. Asap itu kemudian mendingin dan mengerut menjadi tetes-tetes air yang kemudian membeku menjadi Bulan.
Sisi kemukjizatan yang terdapat pada ayat Alquran di atas ialah adanya petunjuk bahwa Bulan pada mulanya bersinar dan bercahaya, kemudian cahaya itu lenyap, dan Bulan menjadi gelap. Allah berfirman, “Kemudian Kami hapuskan tanda malam”, yaitu Bulan. Fakta inilah yang ditemukan melalui gambar-gambar yang dicitrakan satelit-satelit buatan dan studi-studi geologis terhadap permukaan Bulan pada abad ke-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar